Teori Pengertian Etika
Pengertian Etika
Etika berasal dari dari kata yunani
‘ethos’ (jamak – ta etha), berarti adat istiadat. Etika berkaitan dengan
kebiasaan hidup yang baik, baik pada diri seseorang maupun pada suatu
masyarakat. Etika berkaitan dengan nilai-nilai, tatacara hidup yg baik, aturan
hidup yg baik dan segala kebiasaan yg dianut dan diwariskan dari satu orang ke
orang yang lain atau dari satu generasi ke generasi yg lain.
Beberapa contoh etika
1.mengucapkan salam saat bertamu. Sudah
dilakukan dan sering
2.cium tangan orang tua sebelum berangkat
kuliah. Sudah dilakukan dan sering
3.makan dengan tangan kanan. Sudah
dilakukan dan sering
4.mengucapkan terima kasih jika diberi
sesuatu. Sudah dilakukan dan sering
5.merendahkan suara jika berbicara
dengan orang tua. Sudah dilakukan dan jarang kalau lagi kesel
6.mengantri saat menunggu giliran. Sudah
dilakukan dan sering
7.memberi sesuatu dengan tangan kanan.
Sudah dilakukan dan jarang
8.meminta maaf jika melakukan kesalahan.
Sudah dilakukan dan sering
9.membuang sampah pada tempatnya. Sudah
dilakukan dan sering
10.mempersilahkan orang yang lebih tua
duduk bila di kendaraan umum. Sudah dilakukan dan jarang
11.berdoa sebelum melakukan sesuatu.
Sudah dilakukan dan sering
12.membantu sesuai kemampuan orang yang
membutuhkan. Sudah dilakukan dan sering
Etika = Moral
Moralitas berasal dari kata latin mos
(jamak – mores) berarti adat istiadat atau kebiasaan pengertian harfiah dari
etika dan moralitas, sama-sama berarti sistem nilai tentang bagaimana manusia
harus hidup baik sebagai manusia yang telah diinstitusionalisasikan dalam
sebuah adat kebiasaan yang kemudian terwujud dalam pola perilaku yang ajek dan
terulang dalam kurun waktu yang lama sebagaimana laiknya sebuah kebiasaan
Etika Sebagai Ilmu
Etika sebagai ilmu menuntut orang untuk
berperilaku moral secara kritis dan rasional. Dengan menggunakan bahasa
nietzcshe, etika sebagai ilmu menghimbau orang untuk memiliki moralitas tuan
dan bukan moralitas hamba.
Dalam bahasa kant, etika berusaha
menggugah kesadaran manusia untuk bertindak secara otonom dan bukan secara
heteronom. Etika bermaksud membantu manusia untuk bertindak secara bebas tetapi
dapat dipertanggungjawabkan.
Norma
Norma memberi pedoman tentang bagaimana
kita harus hidup dan bertindak secara baik dan tepat, sekaligus menjadi dasar
bagi penilaian mengenai baik buruknya perilaku dan tindakan kita.
Macam norma :
A.Norma Khusus
B.Norma Umum :
- Norma Sopan Santun
- Norma Hukum
- Norma Moral
Norma-norma khusus adalah aturan yang
berlaku dalam bidang kegiatan atau kehidupan khusus, misalnya aturan olah raga,
aturan pendidikan dan lain-lain
Norma-norma umum sebaliknya lebih
bersifat umum dan sampai pada tingkat tertentu boleh dikatakan bersifat
universal.
Norma sopan santun / norma etiket adalah
norma yang mengatur pola perilaku dan sikap lahiriah dalam pergaulan sehari-hari
Etika tidak sama dengan etiket. Etiket
hanya menyangkut perilaku lahiriah yang menyangkut sopan santun atau tata krama
Norma hukum adalah norma yang dituntut
keberlakuannya secara tegas oleh masyarakat karena dianggap perlu dan niscaya
demi keselamatan dan kesejahteraan manusia dalam kehidupan bermasyarakat.
Norma hukum ini mencerminkan harapan,
keinginan dan keyakinan seluruh anggota masyarakat tersebut tentang bagaimana
hidup bermasyarakat yang baik dan bagaimana masyarakat tersebut harus diatur
secara baik
Norma moral, yaitu aturan mengenai sikap
dan perilaku manusia sebagai manusia.
Norma moral ini menyangkut aturan
tentang baik buruknya, adil tidaknya tindakan dan perilaku manusia sejauh ia
dilihat sebagai manusia.
Ada beberapa ciri utama yang membedakan
norma moral dari norma umum lainnya ( kendati dalam kaitan dengan norma hukum
ciri-ciri ini bisa tumpang tindih) :
A.kaidah moral berkaitan dengan hal-hal
yang mempunyai atau yang dianggap mempunyai konsekuensi yang serius bagi
kesejahteraan, kebaikan dan kehidupan manusia, baik sebagai pribadi maupun
sebagai kelompok.
B.norma moral tidak ditetapkan dan/atau
diubah oleh keputusan penguasa tertentu. Norma moral dan juga norma hukum
merupakan ekspresi, cermin dan harapan masyarakat mengenai apa yang baik dan
apa yang buruk. Berbeda dengan norma hukum, norma moral tidak dikodifikasikan,
tidak ditetapkan atau diubah oleh pemerintah. Ia lebih merupakan hukum tak
tertulis dalam hati setiap anggota masyarakat, yang karena itu mengikat semua
anggota dari dalam dirinya sendiri
C.norma moral selalu menyangkut sebuah
perasaan khusus tertentu, yang oleh beberapa filsuf moral disebut sebagai
perasaan moral (moral sense)
Teori Etika
A.Teori Etika Teleologi
Dari kata yunani, telos = tujuan, mengukur
baik buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan yang mau dicapai dengan
tindakan itu, atau berdasarkan akibat yang ditimbulkan oleh tindakan itu.
Dua aliran etika teleologi :
- egoisme etis
- utilitarianisme
Egoisme etis
Inti pandangan egoisme adalah bahwa
tindakan dari setiap orang pada dasarnya bertujuan untuk mengejar pribadi dan
memajukan dirinya sendiri. Satu-satunya tujuan tindakan moral setiap orang
adalah mengejar kepentingan pribadi dan memajukan dirinya. Egoisme ini baru
menjadi persoalan serius ketika ia cenderung menjadi hedonistis, yaitu ketika
kebahagiaan dan kepentingan pribadi diterjemahkan semata-mata sebagai
kenikmatan fisik yg bersifat vulgar.
Utilitarianisme
Berasal dari bahasa latin utilis yang
berarti “bermanfaat”. Menurut teori ini suatu perbuatan adalah baik jika
membawa manfaat, tapi manfaat itu harus menyangkut bukan saja satu dua orang
melainkan masyarakat sebagai keseluruhan.
Dalam rangka pemikiran utilitarianisme,
kriteria untuk menentukan baik buruknya suatu perbuatan adalah “the greatest happiness of the greatest
number”, kebahagiaan terbesar dari jumlah orang yang terbesar.
Utilitarianisme, teori ini cocok sekali
dengan pemikiran ekonomis, karena cukup dekat dengan cost-benefit analysis.
Manfaat yang dimaksudkan utilitarianisme bisa dihitung sama seperti kita menghitung
untung dan rugi atau kredit dan debet dalam konteks bisnis
Utilitarianisme, dibedakan menjadi dua macam :
A.utilitarianisme perbuatan (act utilitarianism)
B.utilitarianisme aturan (rule utilitarianism)
Prinsip dasar utilitarianisme (manfaat
terbesar bagi jumlah orang terbesar) diterpakan pada perbuatan.
Utilitarianisme aturan membatasi diri
pada justifikasi aturan-aturan moral.
B.Teori Etika Deontologi
Istilah deontologi berasal dari kata
yunani ‘deon’ yang berarti kewajiban. ‘mengapa perbuatan ini baik dan perbuatan
itu harus ditolak sebagai buruk’, deontologi menjawab : ‘karena perbuatan
pertama menjadi kewajiban kita dan karena perbuatan kedua dilarang’.
Yang menjadi dasar baik buruknya
perbuatan adalah kewajiban. Pendekatan deontologi sudah diterima dalam konteks
agama, sekarang merupakan juga salah satu teori etika yang terpenting.
Ada tiga prinsip yg harus dipenuhi :
(1)supaya tindakan punya nilai moral,
tindakan ini harus dijalankan berdasarkan kewajiban
(2)nilai moral dari tindakan ini tidak
tergantung pada tercapainya tujuan dari tindakan itu melainkan tergantung pada
kemauan baik yang mendorong seseorang untuk melakukan tindakan itu, berarti
kalaupun tujuan tidak tercapai, tindakan itu sudah dinilai baik
(3)sebagai konsekuensi dari kedua
prinsip ini, kewajiban adalah hal yang niscaya dari tindakan yang dilakukan
berdasarkan sikap hormat pada hukum moral universal
Bagi kant, hukum moral ini dianggapnya
sbg perintah tak bersyarat (imperatif kategoris), yg berarti hukum moral ini
berlaku bagi semua orang pada segala situasi dan tempat. Perintah bersyarat
adalah perintah yg dilaksanakan kalau orang menghendaki akibatnya, atau kalau
akibat dari tindakan itu mrpk hal yg diinginkan dan dikehendaki oleh orang tsb.
Perintah tak bersyarat adalah perintah
yg dilaksanakan begitu saja tanpa syarat apapun, yaitu tanpa mengharapkan
akibatnya, atau tanpa mempedulikan apakah akibatnya tercapai dan berguna bagi
orang tsb atau tidak.
Bisnis Sebuah Profesi Etis
Etika Terapan
Secara umum kita dapat membagi etika
menjadi etika umum dan etika khusus. Etika umum berbicara mengenai norma dan
nilai moral, kondisi-kondisi dasar bagi manusia untuk bertindak secara etis,
bagaimana manusia mengambil keputusan etis, teori-teori etika, lembaga-lembaga normative,
dan semacamnya. Etika umum sebagai ilmu atau filsafat moral dapat dianggap
sebagai etika teoritis, kendati istilah ini sesungguhnya tidak teat karena
bagaimanapun juga etika selalu berkaitan dengan perilaku dan kondisi praktis
dan actual dari manusia dalam kehidupannya sehari-hari dan tidak hanya
sematamata bersifat teoritis.
Pentingnya Etika Profesi
Apakah etika, dan apakah etika profesi
itu ? Kata etik (atau etika) berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) yang
berarti karakter, watak kesusilaan atau adat. Sebagai suatu subyek, etika akan
berkaitan dengan konsep yang dimilki oleh individu ataupun kelompok untuk menilai
apakah tindakan-tindakan yang telah dikerjakannya itu salah atau benar, buruk
atau baik. Menurut Martin (1993), etika didefinisikan sebagai “the discpline which can act as the performance
index or reference for our control system”. Dengan demikian, etika akan memberikan
semacam batasan maupun standar yang akan mengatur pergaulan manusia didalam
kelompok sosialnya. Dalam pengertiannya yang secara khusus dikaitkan dengan
seni pergaulan manusia, etika ini kemudian dirupakan dalam bentuk aturan (code)
tertulis yang secara sistematik sengaja dibuat berdasarkan prinsipprinsip moral
yang ada dan pada saat yang dibutuhkan akan bisa difungsikan sebagai alat untuk
menghakimi segala macam tindakan yang secara logika-rasional umum (common
sense) dinilai menyimpang dari kode etik. Dengan demikian etika adalah refleksi
dari apa yang disebut dengan “self control”, karena segala sesuatunya dibuat
dan diterapkan dari dan untuk kepenringan kelompok sosial (profesi) itu
sendiri. Selanjutnya, karena kelompok profesional merupakan kelompok yang
berkeahlian dan berkemahiran yang diperoleh melalui proses pendidikan dan
pelatihan yang berkualitas dan berstandar tinggi yang dalam menerapkan semua
keahlian dan kemahirannya yang tinggi itu hanya dapat dikontrol dan dinilai
dari dalam oleh rekan sejawat, sesama profesi sendiri.
Kehadiran organisasi profesi dengan
perangkat “built-in mechanism” berupa kode etik profesi dalam hal ini jelas
akan diperlukan untuk menjaga martabat serta kehormatan profesi, dan di sisi
lain melindungi masyarakat dari segala bentuk penyimpangan maupun penyalah gunaan
keahlian (Wignjosoebroto, 1999). Oleh karena itu dapatlah disimpulkan bahwa
sebuah profesi hanya dapat memperoleh kepercayaan dari masyarakat, bilamana
dalam diri para elit profesional tersebut ada kesadaran kuat untuk mengindahkan
etika profesi pada saat mereka ingin memberikan jasa keahlian profesi kepada
masyarakat yang memerlukannya. Tanpa etika profesi, apa yang semual dikenal
sebagai sebuah profesi yang terhormat akan segera jatuh terdegradasi menjadi sebuah
pekerjaan pencarian nafkah biasa (okupasi) yang sedikitpun tidak diwarnai
dengan nilai-nilai idealisme dan ujung-ujungnya akan berakhir dengan
tidak-adanya lagi respek maupun kepercayaan yang pantas diberikan kepada para
elite profesional ini.
Menuju Bisnis sebagai Profesi Luhur
Baru belakangan ini bisnis dianggap
sebagai sebuah profesi. Bahkan belakangan ini, bisnis seakan memonopoli sebutan
profesi, tetapi sekaligus juga menyebabkan pengertian profesi menjadi rancu
atau kehilangan pengertian dasarnya. Ini karena bisnis modern mensyaratkan dan
menuntut para pelaku bisnis untuk menjadi orang yang professional. Berdasarkan
pengertian profesi yang menekankan pada keahlian dan ketrampilan yang tinggi
serta komitmen moral yang mendalam, maka jelas kiranya bahwa pekerjaan yang
kotor tidak akan disebut sebagai profesi. Karena itu sesungguhnya bisnis
bukanlah merupakan profesi, kalau bisnis dianggap sebagai pekerjaan kotor,
kendati kata profesi, professional, ddan profesionalisme sering begitu diobaral
dalam kaitan dengan kegiatan bisnis. Namun pihak lain tidak dapat disangkal
bahwa ada banyak orang bisnis dan juga perusahaan yang sangat menghayati
pekerjaan dan kegiatan bisnisnya sebagai sebuah profesi dalam pengertiannya
sebagaimana kita jelaskan diatas. Mereka tidak hanya mempunyai keahlian dan
ketrampilan yang tinggi tapi punya komitmen morak yang mendalam. Karena itu,
bukan tiddak mungkin bahwa bisnis pun dapat menjadi sebuah professi dalam
pengertiannya yang sebenar-benarnya bahkan menjadi sebuah profesi luhur.
Sumber
0 comments:
Post a Comment